KUNINGAN (OKE)- Perputaran uang di Kabupaten Kuningan terutama pada saat lebaran sudah dipastikan akan melonjak tajam. Penyebabnya banyak perantau yang mudik dan juga Kuningan sebagai tempat destinasi wisata.
Sejak lawa warga Kuningan dikenal sebagai perantau. Kebanyakan dari bekerja dibidang informal yakni sebagai pedagang terutama pedang Burjo atau bahasa lainnya BRI (Bubur Rokok Indomie). Lalu, BCA (Bubur Cai Asongan) dan Bukopin (Bubur Kopi Indomie).
Dari usahanya ini banyak warga Kuningan yang hidup mapan dan menjadi bos di kota-kota besar. Saking banyak pegawai "BRI", setiap tahun mereka mudik ke Kuningan di fasilitasi oleh perusahaan.
Bus digunakan bukan hanya satu dua tapi bisa mencapai ratusan. Pada Kamis 27 Maret gelombang pertama yang masuk ke Terminal Tipe A Kertawangunan ada 60 busa. Menurut Petugas BPTD kelas 1 Jabar jumlahnya akan terus meningkat.
Selain yang diangkut bus, tidak sedikit yang pulang mandiri menggunakan mobil rental dan juga motor. Sebab, jadwal kepulangan tiap pangkalan beda-beda.
"Kalau warga kami yang berjualan Burjo memang sudah pulang. Jumlah sangat banyak dan memang usaha ini sudah turun temurun," ujar Kades Kertayasa Kecamatan Sindangagung Arief Amirudin.
Sekadar informasi, di wilayah Kuningan karyawan "BRI", "BCA" dan "Bukopin" menyebar ada ditiap kecamatan dan uniknya di Kuningan mereka menggunakan sistem aplusan.
Dari sejarah yang kuninganoke peroleh sejarah warga Kuningan merantau sejak tahun 1425 atau sejak zaman kerjaaan.
"Ada periodesasi merantau warga Kuningan, sehingga bertahan hingga sekarang. Yang saya himpun sejak 1425," ujar Pemerhati Sejarah Kuningan N,ding Masku.
Dikatakan, periode pertama disebut periode perang yakni menyebarkan Islam 1425 - 1525 atau zaman Sunan Gunungjati. Mereka itu tidak kembali lagi ke Kuningan justru membuat hunian baru atau kampung baru.
Sebagai contoh kata N,ding adalah Kampung Kuningan di Jakarta, Kampung Kuningan di Semarang. Lalu, Kampung Kuningan di Sulawesi dan Surabaya. Hingga kini masih ada.
Kemudian, periode perang gerilya tahun 1756 - 1870, perang kemerdekaan. Selain itu juga keempat Zaman melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi mulai tahun 1945 hingga saat ini.
Sementara itu, mulai tahun 1997 hingga sekarang banyak warga merantau untuk meningkatkan tingkat ekonomi dari sektor informal terutama sebagai pedagang.
Dari tahun 1970 ini maka muncul istilah pegawai BRI (Bubur Rokok Indomie), BCA (Bubur Cai Asongan, dan Bukopin (Bubur Kopi Indomie) yang menjadi trade mark warga Kuningan.
"Untuk periode keenam adalah zaman pabrikan yakni tahun 1990 hingga saat ini. Warga yang merantau seperti diberikan pilihan mereka bukan hanya bisa berjualan tapi bekerja di perusahaan," tambahnya.
Pada kesempatan itu, Nding menyebutkan, bagi mereka yang merantau ke kota besar untuk sekolah tinggi mempunyai cita-cita ingin menjadi PNS dan selama ini banyak yang sukses, baik menjadi dosen yang akhirnya menjadi profesor, guru dan TNI/Polri.
Sementara itu, mudiknya para perantau ke Kuningan memberikan dampak positif terhadap ekonomi, karena perputaran uang di Kuningan akan semakin banyak.
Ambil contoh perorang membawa uang Rp2 jutaan jumlah perantau ada 400 ribu tentu jumlahnya sangat besar.(rdk/foto terminal tipe A Kertawangunan)
Posting Komentar untuk "Karyawan "BRI", "BCA" dan "Bukopin" Mudik, Perputaran Uang di Kuningan Melonjak "