Loading...

Kisah Bhambinkamtibmas yang Jadi Bapak Angkat Pemulung, Lingkungan Aman dan Bersih, Ekonomi Warga Meningkat

Agus Salah Satu Pemulung asal Desa Ancaran tengah menimbang botol yang dijualnya. Botol satu karung itu diharga Rp10 ribu.

KUNNGAN (OKE)- Anggapan warga terhadap pemulung atau pencari barang rongsok selama ini sedikit negatif. Hal ini karena beberapa kejadian barang hilang di permukiman warga. Padahal pelakunya bukan pemulung tetapi memang pencuri spesialis.

Kejadian ini menjadi perhatian serius seorang Bhabinkamtibmas yang bertugas di Kelurahan Cirendang dan Cigintung Kecamatan Kuningan yang bernama Bripka Suerdi. Ia bertugas di dua wilayah itu sejak tahun 2003.

Seperti diketahui salah satu tugas Bhabinkamtibmas  adalah melaksanakan pembinaan masyarakat, diteksi serta mediasi atau negoisasi supaya tercipta kondisi yang lebih kondusif di desa atau pun kelurahan.

"Awalnya dari kejadian itu saya menjadi Pembina Rongsok/Pemulung  sekaligus juga penampung barang rongsok di Kuningan. Karena setelah diselidiki bukan  pemulung yang melakukan kejahatan dan mereka tidak akan melakukan itu karena tentu akan berhubungan dengan hukum," ujar pria asal Medan  yang sudah menetap di Kuningan sejak 20 tahun lalu kepada kuninganoke.com,  Senin (19/6/2023).

Menjadi pembina komunitas rongsok dilakukan sejak 2013 atau setelah 10  tahun bertugas. Niat awal adalah membantu para pemulung yang kesulitan untuk menjual barang rongsok yang mereka peroleh.

Kebetulan Suerdi yang tinggal di Desa Ancaran Kecamatan mempunyai lahan tanah di depan rumah. Setelah mencari informasi kesana kemari ia akhirnya bertemu dengan para pengepul barang-barang rongsok di  Cirebon.

Dari pertemuan itu ia mengeahui harga-harga jual barang rongsok. Pengetahuan terkait berbagi harga rongsok sangat penting karena pemulung tidak akan merasa rugi ketika menjual barang yang diperolehnya.

"Tidak sedikit para pemulung yang dibohongi oleh para pengepul terkait harga barang rongsok. Hal ini tentu kasihan, dengan saya menjadi pembina sekaligus penampung barang, mereka tidak akan mengalami kejadian itu. Saya sendiri selalu memberi tahu terkait naik turunnya harga barang rongsok," tandasnya.

Bripka Suerdi berpose di depan barang rongsok yang siap dikirim ke Cirebon. Tujuan ia menampung barang rongsok adalah membantu para pemulung agar mereka mudah menjual barang dengan harga sesuai pasaran.

Dari sejak itulah pemulung  yang datang menjual barangnya terus bertambah. Mereka puas dengan keterbukaan informasi masalah harga rongsok. Suerdi sendiri menampung barang rongsok orientasinya bukan untuk memperkaya diri tapi membantu warga agar ekonomi meningkat.

"Kita bina mereka karena kalau kita tidak melakukan pembinaan bisa melakukan kriminal karena orang harus makan. Dengan menjadi pemulung uang diperoleh bisa langsung cair tanpa proses lama,," tandasnya.

Barang yang sudah ditampung itu lanjut dia, di sortir terlebih dahulu dan ia memperkerjakan beberapa pegawai terutama kaum ibu-ibu yang ingin membantu perekonomian keluarga. Setelah beres sesuai dengan jenisnya barang dikirim ke Cirebon.

Biasanya kata dia, minimal tiga kali pengangkutan dengan menggunakan mobil truk. Selama ini memilih ke Cirebon agar perputaran uang lebih cepat meski harganya tidak setinggi kalau langsung dijual ke Jakarta.

"Bagi saya bukan memikirkan untung tapi perputaran uang cepat, karena kalau lambat nanti saya tidak bisa membayar tunai ke pemulung. Mereka pemulung itu harus membawa pulang uang pasca nyari rongsok," jelasnya.

Bukan hanya pembina kata Suerdi, tetapi dirinya seperti menjadi bapak angkat bagi pemulung. Terkadang ketika mereka butuh uang mendadak dirinya selalu memberikan pinjaman.

"Namanya hidup kan ada kebutuhan mendadak begitu juga dengan rekan saya pemulung. Masa kita tidak bantu, meski bagi sebagian orang tidak besar, tapi bagi mereka besar," ujarnya.

Pasca dikukuhkan secara resmi sebagai Pembina Komunitas Rongsok pada tahun 2018 atau lima tahun pasca dibentuk (2013), Suerdi  bukan hanya melakukan pembinaan kepada mereka agar tidak melakukan tindakan kriminal, tapi juga mengajak mereka untuk menyisihkan rejeki untuk berbagi.

"Kami pernah berbagi dengan kepada masyarakat yang membutuhkan berupa bingkisan pada saat  bulan puasa. Dengan cara seperti itu saya mengajak kepada para pemulung untuk berbagi itu jangan menunggu kaya tapi harus punya niat yang kuat," jelasnya.

Kedepan program berbagi dari Komunitas Rongsok akan digelar lagi setelah vakum. Hal ini karena pendapatan saat ini memang menurun, seiring dengan menurunnya harga jual barang-barang rongsok.

"Memang selama ini banyak yang ditampung itu adalah botol plastik dari berbagai jenis minuman. Tapi saya juga menerima kardus, besi atau barang yang benar-benar bisa di daur ulang," ujarnya lagi.

Pria yang sudah memiliki anak dan sangat betah tinggal di Kuningan itu mengaku, dengan mengetahui ada nilai ekonomis dari sampah, maka dirinya pun mengajak para warga di wilayah binaan untuk memilah-milah sampah.

Ibu Muda Warga Kecamatan Sindangagung ini mendapatkan penghasilan dari menyortir barang rongsokan.

Sampah plastik atau sampah yang bisa didaur ulang bisa dijual kepada pengepul rongsok. Tentu hal ini menguntungkan bagi warga. Mereka bisa mendapatkan uang dan menjaga lingkungan tetap aman.

Dikatakan, keuntungannya ada dua yakni  warga bisa menjaga lingkungan dan tentu menghasilkan rupiah meski jumlah tidak banyak, yang terpenting bagi Bhabinkamtibmas bisa membina warga menuju kebaikan.

"Meski terlihat mudah tapi pada kenyataanya sulit karena karakter warga berbeda-beda. Namun, dengan sering diajak komunikasi mereka jadi paham," tandas Suerdi lagi.

Ditegaskan, masalah sampah menjadi tanggungjagwab bersama karena degan sampah dibuang sembarang terutama sampah plastik, maka bukan hanya mengotori lingkungan tapi juga bisa mendatangka bencana banjir.

"Saya berharap, apa yang dilakukan dengan cara menggandeng pemulung bisa dilakukan oleh polisi lain, karena permasalahan sampah akan menjadi boom waku andai tidak dilakukan penanganan serius,"jelasnya.

Mengenai barang rongsok kata dia, tergantung jenis barang, untuk botol plastik yang paling murah adalah Rp200. Sedangkan yang paling mahal hingga Rp2.500. Begitu juga untuk kardus, atau besi ada standar harganya.

Dari semua itu memang plastik yang mempunyai nilai jual tinggi karena bisa didaur ulang menjadi barang atau botol plastik kembali. Tidak heran banyak pemulung baru bermunculan karena proses penjualnya cepat.

Sementara itu, Agus warga Ancaran yang sudah menjadi mitra Bripka Suerdi sejak 2016, menjelaskan, ia memilih menjual ke tempat itu karena harganya tidak pernah bohong, sehingga jerih payah pemulung merasa dihargai.

"Sehari saya dapat Rp50 ribu hingga Rp75 ribu tergantung banyak botol yang dikumpulkan. Untuk botol yang saya bawa tadi di harga Rp10 ribu, memang bagi yang lain uang itu kecil, tapi saya itu besar dan bisa memenuhi kebutuhan keluarga," jelasnya. 

Diterangkan, adanya Bripka Suerdi yang merupakan Pembina Komunitas Rongksok dan juga para  pemulung menyebutknya bapak angkat sangat berguna karena selalu memberikan arahan positif agar tidak membawa barang yang bukan menjadi haknya.

"Saya selalu dikasih tahu jangan mengambil barang milik warga karena bisa di penjara. Kami takut, makanya  kalau pemulung asli pasti tidak akan neko-neko mereka akan fokus mencari barang rongsok," jelasnya.

Sekadar informasi,  ada dua jenis pemburu rongsok. Satu adalah mereka yang dikenal pemulung yang murni mengambil barang yang dibuang warga dan ini tidak memerlukan modal, tapi hanya tenaga.

Sementara yang kedua adalah disebutnya adalah pembeli barang rongsok (ngampas). Mereka berkeliling ke rumah warga baik jalan kaki atau membawa motor. 

Mereka yang seperti ini biasanya membeli kardus, tabung televisi, CPU komputer, barang -barang rumah tangga berbahan plastik. Biasanya mereka membawa uang cukup besar karena membeli barang sesuai dengan harga pasaran.(agus mustawan)





Posting Komentar untuk "Kisah Bhambinkamtibmas yang Jadi Bapak Angkat Pemulung, Lingkungan Aman dan Bersih, Ekonomi Warga Meningkat"