KUNINGAN (OKE)- Pasca kematian ikan dewa yang berada di Kolam Cibulan Desa Maniskidul Kecamatan Jalaksana, warga masih penasaran faktor apa yang membuat ikat yang tidak pernah dimakan oleh warga setempat itu tumbang.
Direktru Kolam Cibulan H Didi Sutardi tidak banyak bicara, pihaknya akan menunggu hasil lab terlebih dahulu setelah itu akan disampaikan ke publik. Fenomena ini pun memang terbilang langka.
""Belum bisa memberikan keterangan nanti setelah hasil lab," ujarnya, Rabu (31/8/2022).
Sekadar informasi ikan dewa di Kabupaten Kuningan semula tersebar di empat tempat yakni Darma Loka Kecamatan Darma, Kolam Cigugur Kecamatan Cigugur dan Kolam Cibulan. Tapi, kini menyebar di beberapa kolam.
Seperti di Balong Kaagungan di Desa Ragawancana Kecamatan Kramatmulya, di Kolam Winduherang Kecamatan Ciguguur , dan Pasawahan. Tapi, yang paling dikenal ditiga tempat yang disebutkan diatas.
Ceritanya pun berbeda-beda, seperti untuk di Darma Loka, adanya ikan dewa tidak terlepas dari penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Konon, salah satu wali usai memakan ikan tersisa, bagian kepala, kerangka serta butut.
Ketika dilempar ke kolam ikan itu kembali hidup dan sejak saat itu ikan itu menghuni kolam tersebut. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat wujud ikan tersebut.
Beda lagi dengan kisah kolam ikan di Cigugur. Di Kawasan tersebut hiduplah pertapa sakti bernama Eyang Padara. Orang sakti itu ingin cepat meninggal karena usainya sudah ratusan tahun, tapi tak kunjung meningal.
Ia selalu berdoa siang malam dan akhirnya terdengar oleh seorang penyebar agama Islam. Didatangi dan diajak masuk Islam. Karena tidak ada air untuk bersuci walilullah itu menacapkan tongkat dan keluarlah air.
Eyang Padara pun bersuci dan membacakan dua kalimah sahadat. Pasca itu ia menghilang dan turun lah hujan lebat sehingga kawasan itu menjadi kolam. Nama Cigugur sendiri diambil dari kata gugur atau gugurnya ilmi yang dimiliki oleh Eyang Padara.
Bagaimana dengan kisah Kolam Cibulan. Keberadaan ikan tidak terlepas dari sejarah Prabu Siliwangi.
Konon Ikan Dewa tersebut merupakan para prajurit Prabu Siliwangi yang dikutut menjadi ikan karena membangkang. Prabu Siliwangi sendiri tilem (menghilang) tidak jauh dari tempat tersebut dan hingga saat ini patilasanya selalu dikunjungi warga.
Menurut sejarah sejak abad 18 kolam ini sudah ada namun baru dibuka untuk umum sebagai tempat wisata sekitar tahun 1939. Setelah melalui proses pembangunan kolam yang dibagi kedalam tiga kolam, dan pada tanggal 27 Agustus 1939 diresmikan oleh Bupati Kuningan saat itu yaitu RAA Mohamand Achmad.
Konon ikan ini juga bisa menghilang apabila kolam ketiga tersebut dikuras. Namun apabila diisi air ikan tersebut ada serta jumlahnya tidak berubah.
Sementara itu, tidak ada yang berani mengkonsumi ikan dewa hingg saat karena takut terkena sial. Jepang pernah memakan dan menembaki ikan tersebut pada saat menjajah Indonesia dan mereka pun tidak berumur panjang.
Saat itu warga Cigugur apa yang dilakukan Jepang kewalat dan tidak akan berumur lama. Hal itu terbukti pasukan Sakura hanya beberapa tahun menjajah Indonesia.
Terlepas apapun kisahnya semua harus menjaga keberadaan ikan ini karena memang peningggalan yang berharga dan merupakan saksi sejarah hadrinya Kuningan. (dhn/rdk)
Posting Komentar untuk "Warga Penasaran Dengan Kematian Ikan Dewa, Direktur Cibulan: Tunggu Hasil Lab"