Loading...

Kelompok Lamping Kidang Siapkan Instalasi Olah Limbah Kohe Sapi Menjadi Pupuk Organik

KUNINGAN (OKE) Menyambung konten ‘tantangan’ limbah kotoran hewan (Kohe) ternak Sapi yang berdekatan dengan wisata alam Lamping Kidang, desa Cisantana, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat-Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mulai ‘dilirik’ sejak Maret 2021.

Saat ini kelompok masyarakat Lamping Kidang mulai tancap gas menyulap Kohe menjadi pupuk organik padat dan cair. Tentu tugas mulia tersebut tak diemban sendirian, mereka mendapat ‘uluran tangan’ Balai TNGC dan dukungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan serta multipihak lain.

Menurut Teguh Setiawan Kepala Balai TNGC,  Pengolahan limbah Kohe ini akan dipadukan dengan formula ‘role model’ Pertanian Sehat, sehingga nanti Lamping Kidang akan menjadi kawasan integras antara pertanian, pengolahan limbah Kohe, sampah domestik, dan wisata alam. Hal ini guna menangani pencemaran lingkungan terutama air bagi masyarakat sekitarnya,” gagas Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan saat melakukan kunjungan ke lokasi bersama Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Didik Sujianto dan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan, San Andre Jatmiko pada Selasa dan Rabu, 17-18 Agustus 2021.

Di tempat dan hari yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan, Wawan Setiawan mengatakan, pihaknya sangat mendukung ‘pilot project’ pemberdayaan masyarakat yang terintegritas tersebut.

“Yang paling penting Kohe dan sampah domestik bisa berkurang. Jadi, mari kita kelola dengan baik. Mudah-mudahan berhasil menciptakan peluang nilai tambah ekonomi,” ungkapnya.

Hal ini diamini anggota Komisi III DPRD Kuningan, Sri Laelasari; perwakilan Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI), Sumadi; perwakilan Weramandiri Sejahtera, Joko; dan segenap hadirin.

Limbah Kohe Sapi memang dapat diolah secara tradisional menjadi pupuk organik. Cara ini sudah biasa dilakukan masyarakat secara turun-temurun. Namun kini, pengolahan Kohe pun bisa dilakukan secara modern dengan bantuan mesin dan beberapa formula. 

Tentu cara modern ini akan ditempuh bila tersedia dukungan dana yang memadai.

Sementara itu, Kepala Resor Pemanfaatan I Kuningan, Ahmad Fuad memaparkan progres persiapan pengolahan Kohe tersebut.

“Balai TNGC melalui kucuran dana peningkatan usaha ekonomi masyarakat sedang membuat instalasi pengolahan limbah secara tradisional. Saat ini baru rampung 60 persen. Nanti kalau sudah jadi, ada dua bak tampung dengan ukuran 3 meter (m) x 2 m dengan tinggi 1,5 m. Salah satu bak berfungsi menampung dan menyaring Kohe dengan kapasitas 3 sampai 5 meter kubik. Dari bak inilah tercipta pupuk organik padat. Sementara bak lainnya berfungsi sebagai penampung cairan Kohe yang akan menghasilkan pupuk organik cair dengan kapasitas maksimal 9 meter kubik,” paparnya.

Pamungkas, Ketua Lamping Kidang, Kang Ida yang didampingi 'Profesor' Iim membagikan ilmu dan pengalaman teknis pembuatan pupuk organik.

“Pertama, Kohe diangkut dan ditumpuk ke bak tampung sambil diaduk. Nah, secara perlahan dalam waktu dua minggu, Kohe akan mengering karena cairannya merembes ke bagian bawah bak lalu mengalir ke bak penampungan sebelahnya. Jadi, dengan cara tradisional, kita mesti menunggu 14 hari untuk menghasilkan pupuk organik padat dan cair,” pungkasnya. (cc: ig Gunungciremai/dhn)


Posting Komentar untuk " Kelompok Lamping Kidang Siapkan Instalasi Olah Limbah Kohe Sapi Menjadi Pupuk Organik"