KUNINGAN -Semangat untuk mencerdaskan siswa, rupanya belum sepenuhnya diterapkan oleh seluruh sekolah. Ada sekolah yang kurang mengawasi siswanya, sehingga mereka (siswa, red) lebih suka berada di luar kelas, ketimbang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Fenomena ini sebenarnya lumrah dan sering terjadi di daerah lain.
MENYAKSIKAN siswa berseragam abu-abu dan biru berada di tempat keramaian seperti pasar dan mal, waralaba, bukan hal aneh. Bahkan, hampir setiap hari lokasi itu menjadi tempat favorit bagi siswa yang enggan mengikuti pelajaran di sekolahnya. Banyak sebab yang membuat siswa betah berada di ruang terbuka, ketimbang di dalam kelas giat belajar.
Salahsatunya sistem pendidikan yang masih terpaku kepada guru, sebagai sentral di dalam kelas. Siswa sendiri tidak diberi kebebasan untuk mengekspresikan dirinya di hadapan guru. Seolah tabu jika siswa lebih pandai atau pintar dari gurunya. Sistem yang telah berlangsung turun temurun itu memang membuat siswa berada dalam posisi fasif. Inilah yang membuat pelajar jenuh saat mengikuti pelajaran.
Tak aneh jika kemudian banyak siswa yang akhirnya memilih tempat keramaian sebagai tempat nongkrong. Meski sanksi dari sekolah atau guru menanti, para pelajar itu seolah tidak peduli. Mereka asyik dengan dunianya sendiri. Yang terpenting, kejenuhan mereka terobati kala berada di luar ruang keras.
“Kalau jenuh atau tidak suka dengan pelajaran yang dibawakan oleh guru, kami memilih untuk tidak masuk atau bolos. Memang ada sanksinya kalau ketahuan. Tapi itu kami lakukan karena pelajaran yang diberikan sering tidak bisa dicerna. Mungkin cara penyampaian yang satu arah membuat kami kesulitan menyerap apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas,” ujar seorang siswa yang tertangkap basah sedang nongkrong di sebuah waralaba di pusat kota Kuningan.
Tak hanya dirinya, namun para pelajar dari sekolah juga kerap tidak masuk jika ada pelajaran yang kurang disukai. Terutama kalau gurunya dianggap kurang disukai. “Banyak yang memilih tidak masuk. Biasanya mereka kompak janjian di suatu tempat. Kalau sudah bareng seperti begini, ada perasaan lega karena masing-masing bisa curhat,” sambung siswa lainnya yang minta namanya tidak dikorankan.
Fenomena siswa memilih keluyuruan di saat jama belajar, sebenarnya sudah diketahui oleh pihak sekolah. Hanya saja lemahnya pengawasan membuat mereka kesulitan melakukan penindakan.
Mengamati masalah itu, Rektor Uniku Iskandar MM melihat, penegakan disiplin di sekolah yang bersangkutan sangat penting. Rendahnya disiplin dan tidak ketatnya sekolah, membuat siswa kurang menghargai sekolahnya sendiri. Padahal penegakan disiplin itu sangat penting, supaya siswa bisa belajar dengan tenang. Seharusnya, penegakan disiplin harus lebih ditekankan oleh internal sekolah.
“Dulu ada siswa yang bajunya keluar saja sudah dikenai hukuman, sekarang tidak. Kemudian siswa ketahuan merokok diskor tidak boleh masuk sekolah. Jadi penegakan disiplin ditekankan oleh sekolah. Sekarang sih tidak. Siswa seolah tidak peduli terhadap disiplin,” tegas rektor yang baru dilantik beberapa hari lalu itu (19/1).
Begitu juga pengawasan oleh Dinas Pendidikan, kata dia, harus benar-benar berfungsi. Jika masih banyak siswa yang berperilaku seperti itu misalnya keluyuran dan bolos, Disdik harus banyak memberikan pembinaan ke sekolah. “Intinya tegakan disiplin di lingkungan sekolah. Mereka aset dan masa depan bangsa yang harus diberi pembinaan secara komprehensif. Jangan biarkan mereka tidak mematuhi aturan di sekolahnya, karena lemahnya pengawasan,” sebut Iskandar. (*)
Posting Komentar untuk "Ada Pelajar di Tempat Keramaian, Minim Pengawasan dari Pendidik"